Dengan mempelajari dan melakukan praktikum ini, mahasiswa diharapkan memiliki pengetahuan dekomposisi kain, yang meliputi :
⦁ Memiliki pengetahuan menentukan arah lusi dan pakan.
⦁ Memiliki pengetahuan menghitung tetal lusi dan pakan pada kain.
⦁ Memiliki pengetahuan menghitung berat kain per m2.
⦁ Memiliki pengetahuan menghitung mengkeret benang.
⦁ Memiliki pengetahuan menghitung nomor benang.
Memiliki pengetahuan menggambar anyaman kain contoh
Teori Dasar
Turunan anyaman polos adalah anyaman polos yang diperpanjang efek lusinya atau efek pakaknnya,atau diperpanjang keduanya .arah perpanjangan :
perpanjangan benang efek vertikal = perpanjangan efek lusi
perpanjangan benang efek vertikal = perpanjangan efek lusi
⦁ Turunan anyaan polos langsung
⦁ Perpanjangan efek lusi
Anyamannnya disebut : rusuk lusi,cannele lusi,ata rib lusi.
⦁ Perpanjangan teratur
Perpanjangan efek lusi ini terjadi karena pada setiap mulut lusi diluncurkan 2 atau lebih benang pakan.cara peluncuran pakan dapat dilakukan dengan 2 macam caa, yaitu :
⦁ Dua helai atau lebih benang pakan dipalet menjadi satu sehingga dalam setiap mulut lusi diluncurkan sekaligus 2 helai pakan atau lebih.
⦁ Setiap helai pakan diluncurkan sendiri-sendiri dalam satu mulut lusi.
⦁ Perpanjangan tak teratur
Perpanjangan ini seperti yang telah diuraikan diatas ,tetapi perpanjang efek lusi tidak tetap besarnya.
Misalnya rusuk lusi : , , dan lain-lain
⦁ Rusuk lusi diperkuat
Dikataka diperkuat karena rusuk lusi yang teralu lebar akan mengakibatkan letak benang pakan kurang teguh.
⦁ Perpanjangan efek pakan
Anyaman disebut rusuk pakan atau cannele pakan,inslagribs atau inslag cannele atau weft ribs.
⦁ Perpanjangan teratur
Cannele pakan terjadi apabila pada anyaman polos diperpanjang efek pakannya.arah rusuk sejajar dengan pinggir kain.
⦁ Cannele pakan tak teratur atau coteline
Cannele pakan tak teratur adalah anyaman cannele pakan dengan perpanjangan efek pakan yang tidak tetap besarnya.anyaman coteline biasanya dipakai pada barang-barang meubel (misalnya : alas kursi,jok,dan lain-lain).
⦁ Cannele pakan diperkuat
Seperti pada cannele lusi ,anyaman diperkuat dengan jalan mengurangi efek-efek lusinya.sistim penguatan ini mengakibatkan hanya terdapat rusuk pada satu permukaan saja
⦁ Perpanjangan efek lusi dan efek pakan
Anyaman jenis ini mempunyai beberapa nama ,yaitu :
Anyaman natte,anyaman panama,anyaman metting,anyaman mat,anyaman polos-rangkap,anyaman basket,anyaman hopsack.pada anyaman ini efek lusi dan efek pakan pada anyaman polos diperpanjang bersam-sama,misalnya dengan , , sehingga padapermukaan kain akan terliahat berkotak-kotak.
⦁ Anyaman panama tak teratur
Jika gambar kotak-kotak pada anyaman panama tidak sama maka anyama tersebut disebut “panama tak teratur”.anyaman ini diperoleh dengan perpanjangan efek lusi dan efek pakan bersama-sama,perpanjanagn mana antara kotak yang satu dengan kotak yang lain tidak sama panjang.
⦁ Anyaman panama diperkuat
(A)
(B)
Pada gambar A anyaman polos disisipkan hanya pada bagian benang lusi. Cara ini mengakibatkan bagian efek pakan dari design menjadi rusak. Pada gambar B, tiap benang lusi maupun pakan masing-masing diperkuat dengan anyaman polos, sehingga bagian efek lusi maupun bagian efek pakan sama bentuknya.
⦁ Anyaman panama diperkuat denga ubahan design
Anyaman panama diperkuat mempunyai tujuan :
⦁ Merupakan ubahan design
⦁ Untuk memperoleh susunan kain yang lebih teguh jika dibandingkan dengan anyaman panama biasa.
⦁ Hopsack tiruan
Kain dengan anyaman ini hanya efek lusi saja yang tampak pada permukaan kain. Banyak lusi = 2x pakan dalam 1 rapot, agar terlihat kotak-kotak persegi. Pada waktu benang lusi menjadi benang pengikat, benang lusi tersebut tidak tampak pada permukaan kain atau tersembunyi di dalam kain.
2.turunan anyaman polos tidak langsung
a. cannele lusi selang –seling (royals)
jika cannele lusi dibuat kelompok-kelompok dan jika pada semua kelompok dari yang bernomor genap bekerjanya digeser keatas 1 atau 2 pakan aaupun lebih,maka akan terbentuk cannele lusi selang seling.pada permukaan kain anyaman ribs lusiselang seling tidak memperlihatkan rusuk-rusuk tetapi cenderung merupakan butir-butir pada permukaan kain.
b. cannele pakan selang seling
metodenya sama dengan cannele lusi selang seling (royals).anyaan ini jarang dipakai
c. anyaman cannele berkotak
anyaman ini dalah gabungan dari cannele lusi dan cannele pakan selang seling.biasanya dipakai dalam pakaian wanita pada sutera dan wol,terutama bahan untuk mantel.
d. anyaman huckback
anyaman ini adalah gabungan dari anyaman polos,rips lusi dan rips pakan.anyaman polos dimaksudkan untuk meberikan keteguhan letak benang pada kain,sedang efek lusi/efek pakan panjang –panjang dimaksudkan untuk memberikan sifat kain menjadi cepat menyerap air.karenanya anyaman huckback banyak digunakan pada kain-kain linen dan kapas untuk keperluan-keperluan,misalnya : handuk,lap gelas dan lain lain..
e. kombinasi panama-cannele
anyaman ini adalah gabungan dari anyaman-anyamn panama ,cannele lusi dan cannele pakan.
f. anyaman biji jelai
anyaman biji jelai juga tergolong turunan anyaman polos tidak langsung atau turunan dari anyamn hopsack (panama)
g. anyaman berlubang (ajour)
anyaman ajour sering disebut anyamn tiruan gauze,stamijn atau etamine.anyaman ajour dapat diaktakan turunan anyaman basket (hopsack).kain yang mempunyai anyaman ini mempunyai lubang-lubang (air space) yang terjadi karena pengelompkan benang-benang lusi dan benang-benang pakan.pengelompokan benang-benang tersebut adalah disebabkan karena masing-masing kelompok dari benang lusi dan benang-benang pakan membentuk eeghjgwreefeefek yang berbalikan secara bergantian.denagn kata lain :
efek yang berbaliakn secara bergantian.:denaga kata lain apabila dalam satu rapot anyamn terdapat sejumlah /sekelompok benang-benang lusi dan sekelompok benang-benang pakan yang bekerjanya saling berlawanan,maka akan terbentuk lubang pada kain.
⦁ Anyaman crepe (anyaman berbutir)
anyaman crepe adalah anyaman yang menghasilkan permukaan kain kerkerut-kerut atau berbutir butir .rupa crepe pada permukaan kain ini diperoleh denagn cara sebagai berikut:
⦁ Anyamn dasar adalah anyaman polos .dari anyaman dasar ini ,efek lusi dikurangi atau /dan ditambah .cara penambahan atau/dan penguranagn efek lusi dapat dilakukan denagan bermacam-macam cara.salah satu cara yang banyak dipakai ialah semua benang bernomer ganjil diatambah /dikurangi efek lusinya menurut aturan anyaman satin.
Alat dan Bahan
Alat alat yang diperlukan untuk melakukan dekomposisi kain adalah :
⦁ Loupe
Keterangan,Dalam Loupe terdapat :
Frame, terbuat dari metal.
Kaca pembesar.
Lubang pemeriksa / pengamatan dengan ukuran tertentu, misalnya 1 inchi, 1/2 inchi 3/4 dan 1 cm.
Engsel.
Kegunaan lope adalah :
⦁ Menghitung tetal lusi atau pakan.
⦁ Menentukan anyaman kain.
⦁ Menentukan benang lusi / pakan apakah tunggal atau gintir.
⦁ Jarum
Keterangan,bagian-bagian jarum adalah :
Tangkai jarum
Jarum
Kegunaan jarum adalah:
⦁ Menghitung tetal lusi / pakan pada lubang lope tidak dilengkapi dengan jarum.
⦁ Mengeluarkan benang lusi / pakan pada pinggir kain dalam menentukan ukuran kain.
⦁ Digunakan untuk membantu menentukan anyaman kain dengan jalan menjerangkan tetalnya dengan jarum sehingga jalannya benang lusi / pakan terlihat menjadi lebih jelas.
⦁ Mistar, untuk mengantar menarik garis diatas kain.
⦁ Kertas desain, untuk menggambar anyaman maupun rencana tenunnya.
⦁ Gunting, untuk memotong kain agar ukurannya sesuai dengan ukuran yang diinginkan.
⦁ Timbangan,untuk mengetahui / menghitung nomor benang, berat kain dan lain lain.
Ada dua macam timbangan yang diperlukan yaitu :
⦁ Timbangan biasa dengan satuan gram (g) untuk menimbang kain.
⦁ Timbangan microbalance dengan satuan milligram (mg) untuk menimbang benang.
⦁ Kain contoh uji
Cara Kerja
1.Tentukan arah lusi dan pakan,arah lusi beri tanda panah
2.Hitung tetal lusi dan pakan pada 5 tempat berbeda (diagonal) hitung rata-ratanya
3.Kain contoh dipotong (20x20)cm,timbang
4.Ambil benang lusi dan benang pakan dari sisi yang berbeda masing –masing 10 helai.lusi 20 helai,pakan 20 ,timbang
5.Hitung mengkeret lusi dan pakan
6.Lusi dari no 4 ditimbang,pakan dari no 4 ditimbang
7.Hitung nomor benang lusi dan pakan
8.Hitung selisih berat penimbangan dan perhitungan
9.Hitung cover factor
10.Gambar anyaman kain tenun
Menentukan tetal lusi dan pakan
Dengan menggunakan Lope
⦁ Kain diratakan dengan rileks pada meja pemeriksa.
⦁ Menghitung julmlah lusi atau pakan setiap inci dengan menggunakan lope.
⦁ Pengujian dilakukan paling sedikit 5 tempat secara merata.
⦁ Jika tetal lusi atau pakan <10 helai/cm maka pengujian dilakukan setiap 7,5 cm.
⦁ Jika lebar kain sampel <7,5 cm maka seluruh benang dihitung.
⦁ Tetal benang adalah rata-rata dari kelima data di atas.
Dengan cara urai atau tiras
⦁ Kain digunting 1 inch x 1 inch tepat lurus benang.
⦁ Benahg ditiras dan dikelompokkan antara lusi dan pakan, kemudian dihitung jumlahnya masing-masing.
⦁ Penirasan dilakukan minimal 5x pengulangan.
⦁ Tetal benang adalah rata-rata dari kelima data diatas.
Menentukan mengkeret benang dalam kain
Mengkeret benang dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
Contraction = X 100%
dimana P1 = panjang benang lusi/pakan setelah diluruskan
P2 = panjang benang lusi/pakan sebelum diluruskan
Menentukan nomor benang
Nomor benang lusi/pakan dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
Nm =
Ne1= 0,59 x Nm
Tex =
Td (Denier) =
Menentukan Gramasi
⦁ Berdasarkan Penimbangan
Berat kain = x berat penimbangan kain sample 20cm x 20cm
⦁ Berdasarkan Perhitungan
⦁ Lusi
Lusi = gram
⦁ Pakan
Pakan = gram
Menentukan Cover Factor
Definisi Cover Factor
Cover Factor atau Fabric Cover (penutupan kain) didefinisikan sebagai kemampuan kain dalam menutupi ruang (celah) udara yang terdpat di antara bennag lusi dan pakan.
Menghitung Cover Factor
Nomor sisir dalam kain dapat dihitung dengan perhitungan :
CF = (Cw + Cf – Cw x Cf) x 100%
dimana
Cw = nw x dw dan Cf = nf x df
dimana
d =
keterangan :
nw = tetal lusi (helai/inch)
dw = diameter lusi
nf = tetal pakan (helai/inch)
df = diameter pakan
Data Percobaan
⦁ Tetal Lusi & Pakan
No Tetal Lusi Tetal Pakan
1 105 85
2 105 85
3 105 85
4 - -
5 - -
∑= 315
X = 105 hl/inch = 41,3 hl/cm ∑= 255
X = 85 hl/inch = 33,4 hl/cm
⦁ Berat kain
Berat kain (20 cm x 20 cm) = 4,8 g
⦁ Berat Lusi & Pakan
⦁ Berat 20 helai Lusi = 79 mg
⦁ Berat 20 helai Pakan = 85 mg
⦁ Panjang Lusi & Pakan
No Panjang Lusi (cm) Panjang Pakan (cm)
1 20,1 20,2
2 20,1 20,2
3 20,1 20,3
4 20,1 20,2
5 20,1 20,1
6 20,0 20,3
7 20,1 20,2
8 20,0 20,2
9 20,1 20,2
10 20,2 20,2
11 20,0 20,3
12 20,1 20,2
13 20,0 20,3
14 20,0 20,2
15 20,1 20,2
16 20,0 20,2
17 20,1 20,3
18 20,2 20,2
19 20,1 20,2
20 20,2 20,3
∑ 401,8 403,7
X 20,09 20,185
PERHITUNGAN
⦁ MENGKERET
⦁ LUSI
Mengkeret Lusi =
=
= 0,44 %
⦁ PAKAN
Mengkeret Pakan =
=
= 0,91 %
⦁ NOMOR BENANG
Nm (m/g) Ne1 (0,59 Nm) Tex () Td ()
Lusi
= 50,86 0,59 x 50,86
= 30,00
= 19,66
= 176,95
Pakan
= 47,49 0,59 x 47,79
= 28,19
= 35,47
= 189,51
⦁ GRAMASI
⦁ Dengan Penimbangan
Berat Kain /M2 =
= 4,80 x 25
= 120 g
⦁ Dengan Perhitungan
⦁ Lusi
Lusi = gram/m2
= gram/m2
= 81,56 g
⦁ Pakan
Pakan = gram/m2
= gram/m2
= 70,97 g
Berat kain = 81,56 + 70,97
= 152,53 gram/m2
⦁ SELISIH BERAT
Selisih = x 100%
= 2,13 %
⦁ COVER FACTOR
nw = 105 helai/” nf = 85 helai/”
dw = df =
= =
= 0,006 = 0,007
Cw = nw x dw Cf = nf x df
= 105 x 0,006 = 85 x 0,007
= 0,63 = 0,59
CF = (Cw + Cf – Cw x Cf) x 100%
= (0,63+ 0,59 – 0,63x 0,59) x 100%
= 0,848 x 100%
= 84,8 %
⦁ POLA ANYAMAN
DISKUSI
Dalam praktek dekomposisi kain anyaman turunan anyaman polos pada mata kuliah Disain Tekstil 1 ini sangat dibutuhkan kesabaran dan ketelitian pada setiap penghitungan maupun pengamatan karena praktek ini merupakan materi praktek yang harus dikuasai yang nantinya bermanfaat kedalam proses produksi dan pengendalian mutu produksi. Dalam praktek kain turunan polos hal yang harus sangat diperhatikan adalah dalam menentukan anyaman kain tersebut karena kain tersebut terbentuk dengan benang yang menumpuksehingga sulit ditentukan,hal ini berkebalikan dalam menentukan jumlah tetal kain tersebet yaitu dengan cara menghitung kelompok benang ,namun jang lupa untuk mengkalikan denangan jumlah benang yang ada dalam satu kelompok benang.namun dalam menetukana arah kain yaitu dengan melihat ke panjang kotak yang terbentukk dan yang paling panjang menunjukan arah lusi,selain itu dalam menimbang kain dan benang juga diperlukan ketelitian, adapun hal yang penting juga untuk diperhatikan, yaitu:
⦁ Pada saat menghitung tetal dengan lup terkadang ada beberapa helai benang yang terlewat dikarenakan tidak ada penanda yaitu jarum dari lup tersebut.
⦁ Pada saat meniras dan menggunting kain terkadang hasil tirasan melebihi ukuran yang ditentukan sehingga benang yang terbuang lebih banyak.
⦁ Pada saat menimbang kurang teliti dalam membaca skala,khususnya dalam penimbangan 20 helai lusi dan pakan sehingga mempengaruhi ketelitian perhitungan.
⦁ Sebelum praktikum diharuskan mentukan arah lusi dan arah pakan.
⦁ Pada saat menetukan tetal, pengamatan menggunakan loop dilakukan secara diagonal untuk mendapat hasil yang maksimal.
⦁ Memotong kain sesuai ukuran dengan menggunakan gunting yang tajam.
⦁ Pastikan 20 helai benang lusi dan pakan diambil 10 helai lusi bagian atas dan lima helai lusi bagian bawah begitu juga dengan pakan.
⦁ Mengamati tetal kain, dilakukan dengan teliti agar data menjadi akurat.
⦁ Saat penimbangan pastikan skala pada titik 0 karena mempengaruhi keakuratan data.
⦁ Menentukan Contraction atau mengkeret dengan cara menekan benang searah benang diatas penggaris.
⦁ Selisih berat m2 antara berat penimbangan dan perhitungan tidak lebih dari 5 % , jika lebih maka praktikum harus diulang kembali karena terdapat kesalahan dalam perhitungan atau penimbangan.
⦁ Tangan harus bersih dari kotoran dan keringat,karena dapat menyebabkan berat benang atau berat kain bertambah..
KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan pada praktek dekomposisi kain anyaman satin yang telah dilakukan,didapatkan data-data sebagai berikut ,yaitu :
Kain Anyaman Satin
Lusi Pakan
Tetal (Helai/cm) 41,3 33,4
Berat 20 helai (mg) 85 79
Panjang rata-rata tiap helai (cm) 20,09 20,185
Mengkeret (%) 0,44 0,91
Nm 50,86 47,49
Ne1 30 28,19
Berat Kain per m2 (g) 81,56 70,97
Cover Factor 0,63 0,49
⦁
.
DAFTAR PUSTAKA
⦁ Jumaeri, dkk. Textile Design. Institut Teknologi Tekstil, Bandung. 1974.
⦁ Widodo S, Dekomposisi kain anyaman dasar, Bahan ajar Praktikum Desain tekstil 1, Sekolah tinggi teknologi Tekstil,2013,Bandung
No comments:
Post a Comment